Pages

Kamis, 25 Juli 2013

Diversifikasi Oleh Investor Swasta




 BAGAIMANA SEHARUSNYA INVESTOR SWASTA MELAKUKAN DIVERSIFIKASI? (Sebuah Evaluasi Empiris dari  Alternative Kebijakan Pengalokasian Aset untuk Membangun Sebuah Portfolio Pasar Dunia)


Dalam kenyataannya diversifikasi dianggap enteng oleh investor swasta dan mereka sering melanggar prinsip-prinsip dasarnya. Studi empiris membuktikan bahwa investor swasta sering membuat portfolio yang sulit untuk menyesuaikan dengan teori standar keuangan. Dan biasanya mereka tidak mampu sama sekali untuk bersaing di pasar saham. Kesalahannya yang pertama, orang lebih memilih investasi negri atau investasi asing untuk mendapatkan keuntungan dari diversifikasi internasional. Kedua, banyak perusahaan relatif memliki saham yang relatif sedikit. Ketiga, adanya data dari broker online menyatakan bahwa banyak dari individu yang terlalu percaya diri dan berdagang terlalu banyak. Kegagalan diversifikasi atas kelas asset merupakan masalah yang besar karena pengalokasian aset dianggap sebagai penentu utama dari portfolio. Selain itu, terdapat temuan baru dari korelasi struktur pasar saham internasional menyiratkan bahwa ekuitas difersifikasi pasar di seluruh dunia hanya dapat menawarkan manfaat yang terbatas.
Menurut Laeven (2007) menyatakan terdapat korelasi yang cenderung tinggi pada kinerja yang buruk. Portfolio disesuaikan dengan risiko sebagian besar rumah tangga swasta dan standar indeks saham pasar domestik. Bagaimana seharusnya investor swasta melakukan diversifikasi? Menurut pendekatan Markowitz, bergantung pada eksitensi kinerja dan nilai investasi strategi diversifkasi heuristic yang yang tinggi. Mereka sering mengalami kesalahan estimasi dari tingkat imbal hasil yang diharapkan, varians, dan covarian ketika diimplementasikan. Maka dari itu dilakukan analisis diversifikasi secara terpisah yaitu diversifikasi internasioanl di pasar saham dan perbdaan diversifikasi pada kelasa aset. Caranya pertama, yaitu melakukan studi pengaruh dengan teknik Bootsrap yang dikembangkan oleh Ledoit dan Wolf (2008) untuk menilai perbedaan rasio Sharpe. Berkenaan deengan evaluasi kinerja didasarkan atas model empat faktor global Datastream’s stock. Cara kedua yaitu menggabungkankasus kelas multi-aset, obligasi dan komoditas. Menggunakan pendekatan regresi multi faktor untuk mengidentifikasi yang mendasari kinerja.
Tujuan penelitian ini adalah melihat pelaksanaan alokasi asset secara mudah bagi investor individu. Pada akhir penelitian ini bertujuan mengevaluasi berbagai kebijakan dalam bersaing di pasar dunia. Bagaimana strategi diversifikasi terhadap pembenahan dalam kesalahan investasi yang terlalu mahal oleh investor swasta.

1.      Data
Menggabungkan saham, obligasi serta komoditas dalam analisis. Kategori aset diwakili oleh seleksi indeks berdasarkan kriteria data transparansi, keterwakilan, investability, likuiditas dan availability. Analisis awal daham portfolio pasar dunia diwakili oleh empat daerah indeks MSCI Eropa, Amerika Utara, Pasifik serta pasar saham yang diambil secara bersama-sama.
Saat melacak kinerja dari 2.200 obligasi didapatkan bahwa sebagian karena kurangnya investability, komoditas yang telah diabaikan oleh investor swasta. Diversifikasi yang tinggi berpotensi terhadap dasar yang luas terhadap komoditi masa depan, manfaat diversifikasi cenderung sangat jelas pada saat inflasi dan penurunan nilai pasar saham.
2.      Model Alokasi Aset
Penggunaan model dipertimbangkan untuk menyeleksi portfolio dalam kasus diversifikasi pasar saham dunia dan diversifikasi kategori aseet. Model Markowitz untuk mengoptimalkan keuntungan, mengecilkan estimasi parameter input dalam rangka mengurangi dampak dari kesalahan estimasi. Kedua adalah model Heuristic. Dalam model ini melihat diversifikasi pasar saham internasional dan diversifikasi kategori aset. Cara termudah investor swasta dengan menetapkan bobot time invariant saham, obligasi dan komoditas. Dengan dasar ini komoditas dapat dimasukkan dengan mengurangi saham serta mengurangi obligasi. Perbandingan saham obligasi dan komoditas yang digunakan adalah 60% : 25% : 15%.  Hasilnya sangat mudah, investor swasta sering menggunakan model ini, adanya omzet yang dangat rendah akibat portfolio.
3.      Analisis empiris
Kinerja strategi portofolio dinilai dari periode Februari 1973 dampai Desember 2009. Dengan menggunakan pendekatan waktu dapat menghasilkan rasio Sharpe dari masing-masing strategi. Rasio ini merupakan rata-rata pengembalian bulanan selama tingkat risk free dibagi  dengan standar deviasi dan kelebihan pengembalian bulanan selama satu periode.
Analisis dengan membandingkan kinerja sebelas Model Markowitz-based dan berbagai model heuristic untuk diversifikasi internasional saham portfolio menunjukkan biaya rata-rata return dan standar deviasi cenderung sama pada kebanyakan model. Namun dalam bidang ekonomi, sangat kecil hasilnya bila pengurangan risiko bila dibandingkan dengan standar deviasi dari tiga heuristic. Menunjukkan bahwa strategi heuristic kurang efisien. Kemudian dilakukan pengkajian dengan teknik bootstrap, dengan hasil tidak ada model ilmiah yang signifikan dalam menghasilkan melebihi salah satu dari tiga heuristic.
Membandingkan kinerja sebelas model portfolio dengan tiga heuristic. Bila dibandingkan dengan difersifikasi internasional dalam pasar saham, terdapat rata-rata pendapatan yang kecil, standar deviasi dan Sharpe rasio dari seluruh model. Hasil membuktikan bahwa nilai saham portfolio belum berimbang khususnya strategi diversifikasi dibandingkan dengan potensi heuristic lainnya.
Bila melihat dengan strategi alokasi aset 60-25-15, menunjukkan hanya satu dari berbagai perbaikan skema alokasi aset yang mencapai kinerja baik yang tidak didominasi oleh model portfolio yang canggih.
Kebermaknaan hasil ekonomi dan memferifikasi ketahanan mereka dalam sejumlah sensitivitas pemeriksaan. Yang menjadi tolak ukur adalah saham bobot GDP atau 60-25-15 aset portfolio. Dalam gambaran secara keseluruhan, ditemukan bahwa secara signifikasn frekuensi rebalancing bukan rebalancing tahunan tidak menyebabkan hasil yang lebih baik. Model Markowitz lebih parah, hal ini terjadi dengan kombinasi omset yang tinggi dan kurangnya kemampuan mereka dalam pasar.
Banyak investor swasta tidak sepenuhnya memanfaatkan hasil dari keuntungan diversifikasi sehingga sebagai konsekuensinya harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Dengan ini ditawarkan cara yang menjanjikan dari investor dalam melakukan diversifikasi. Dengan membandingkan sebelas metode optimasi menurut dasar Markowitz dengan berbagai strategi heuristic baik itu untuk diversifikasi pasar saham internasional dan alokasi aset.
Hasilnya pertama, untuk diversifikasi  ekuitas global, menonjolnya eksistensi Markowitz tidak mengungguli skema pembobotan saham heuristic. Nilai global, momentum dan ukuran premi adalah dasar penting dari kinerja strategi portfolio. Kedua, masuknya tambahan kategori asset menuju portfolio pasar dunia, sangat umum sangat bermanfaat. Keuntungan diversifikasi didorong oleh alokasi yang seimbang kategori asset atas yang berbeda. Ketiga, metode optimasi berbasir Markowitz tidak lagi menambah nilai substansial.
Temuan ini merupakan kabar baik dari investor swasta, karena aturan sederhana dalam alokasi aset secara signifikasi meningkatkan kinerja portfolio kategori asset tunggal. Strategi ini juga sangat mudah diimplementasikan dan tidak mengakibatkan penurunan pengembalian risiko dibandingkan dengan portfolio yang akhir-akhir ini diajukan sebagai model pilihan yang sangat canggih.









0 komentar:

Posting Komentar